Simfoni Dzikir Muharram
Tentang Cinta
Banyak orang
yang berbicara cinta namun tak mengerti hakikatnya. Bahkan Qais yang diagungkan
sebagai pujangga cinta pun tak yakin apakah perasaannya pada laila adalah
cinta. Cinta bukan hanya tentang perasaan namun melibatkan isyarat langit yang
total.
Cinta sejati,
kata orang-orang, adalah cinta yang tak pudar hingga ajal menjelang. Padahal
cinta, adalah pengabdian agung, pekerjaan besar peradaban; menebarkan cahaya
pada segala bentuk ciptaanMu. Sungguh, cinta tak cukup sederhana. Hanya saja
kami memaknainya sebatas rasa. Maka berikanlah kami pengetahuan, agar tak
tersesat meniti jalan cinta yang terjal.
Tentang Musibah
Musibah ini, Ya Rabb.... sejatinya adalah
cara Engkau menguji, siapakah orang-orang terbaik di antara kami. Musibah ini,
ya Rabb... sejatinya adalah cara Engkau mencintai... Karena Engkau telah
berjanji bahwa barang siapa yang ditimpa musibah, kemudian ia bersabar, maka
akan Kau tinggikan derajatnya. Kelak, Kau akan menghapus kepedihan itu dengan
meberikan surga seluas dunia dan isinya.
Tentang Cerita dan Sastra
Cerita membuat orang lebih dewasa, banyak
belajar tentang kehidupan. Oleh karena itu, sastra adalah pelembut jiwa. Namun
mengapa banyak orang yang enggan membacanya. Padahal ulama-ulama silam
menghafal syair dan kisah begitu banyak. Bukankah begitu pula cara Al-Quran
bertutur? Agar kita selalu belajar pada kehidupan lampau, pada
peristiwa-peristiwa yang mengeram banyak makna. Cintailah sastra!
Maka ya Allah,
pada lembar-lembar yang kutulis untukMu, memindai hidup pada jalinan kata,
hadirkan surga pada jiwa orang-orang yang membacanya. Sungguh, inilah caraku
untuk mencintaiMu lebih banyak... lebih…
Tentang Hidup dan Mati
Bolehkah aku bertanya, apakah sebenarnya
arti hidup dan kehidupan? Arti mati dan kematian? Sementara sebagian besar dari
kita jarang berpikir tentang keabadian. Yang tertanam dalam benak, hanya hidup
yang jenak. Menimbun sebanya-banyak fana tanpa tahu untuk apa itu semua?
Maka khusnul khotimah. Tidakkah itu terdengar
indah, kawan? Saat akhir napas yang segala pengabdian telah tunai. Lalu
malaikat Izrail mengantarkan kita pada sebenar-benarnya hunian, bukan lagi
hiruk pikuk dunia yang sarat tembang memabukkan. Di sanalah; di tempat kembali
yang sejati, penduduk langit meniup nafiri, untuk seorang yang selalu bersiap
menyambut mati.
Maka berikanlah,
Allah. Berikanlah aku kehidupan yang berkah dan kematian yang indah. Karena
sebenarnya dua hal itu yang akan mengantarkanku pada dua kebahagiaan hidup;
dunia dan akhirat.
Tentang Masa
Demi masa... Bukankah
Kau telah bersumpah atas nama makhlukMu? Tapi kami seperti boneka yang tuli,
padahal masa adalah hidup yang kami geluti, yang begitu sering kami buang dalam
lalai, dalam sesat, dalam maksiat. Bukankah Kau sudah memperingatkan. Dan kami
membacanya berulang-ulang. Tapi kami, benar-benar boneka yang tuli. Tak
mendengar firman suci...
Tentang Mimpi
Tak ada! Tak
ada lagi yang perlu kutakuti selainMu. Karena pada mimpi-mimpi yang membakar
tekad, adalah doa yang tak henti-henti Kau dengar. Dan aku yakin segala rintang
yang kau hadiahkan menujunya, adalah cara agar kejutan indah yang kau berikan
pada akhirnya bernilai dunia dan isinya; bahagia yang paripurna!
Insyaf
Bukankah
setitik cahaya yang Kau pantulkan pada lembar-lembar, pada nisan, pada wajah,
pada dakwah akan menghapus samudera kelam? Meski telah berabad-abad ia tanam di
dasar palungnya. Maka sepertiku yang dikelilingi gelap, setitik cahayaMu akan
sangat membantu...
Do'a
Jika boleh aku
meminta, hanya sebuah pertemuan sederhana dengan langit. Pertemuan yang mewangi
firdaus; pada sunyi dan hati. Lalu bawalah aku larung pada napas hidup,
sebenar-benar hidup; tangan-tangan yang memantulkan cahayaNya lewat bait-bait
dan kata.
Dan malam ini.
airmata ini. Semoga menjadi titik balik untuk aku menapaki hidup yang lebih terjal
dengan lebih baik lagi. Tak ada yang kuharap, selain tanganMu yang senantiasa
membimbingku pada jalan kupu-kupu. Hingga pada surga yang Kau janjikan, yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, kau hadiahi aku sebuah perjumpaan agung;
menatap wajahMu. Allah...
0 Response to "Simfoni Dzikir Muharram"
Posting Komentar