Metamorfosis Ramadhan
Ramadhan
telah pergi meninggalkan kita semua. Dengan segenap keagungannya, dengan segala
kemuliannya, bersama satu malam yang tersimpan di dalamnya, malam yang lebih
baik dari seribu bulan. Lailatul qadr. Ramadhan telah berlalu dan kita tidak
tahu, masihkah kita akan dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan. Tentu kita
semua berharap, mudah-mudahan Allah menakdirkan kita berjumpa dengan Ramadhan
yang akan datang, dengan perjumpaan yang lebih indah, dengan sebaik-baik ibadah.
Lalu
apa setelah Ramadhan? Apakah berakhirnya Ramadhan berarti berakhir pula
kebaikan-kebaikan? Puasa-puasa kita, shalat malam kita, sedekah-sedekah kita,
tilawah-tilawah Alquran kita, munajat dan doa-doa, akankah ikut sirna? Inilah
pertanyaan besarnya. Inilah ujian sesungguhnya. 11 bulan pasca Ramadhan, adalah
pembuktian cinta kita pada Ar-Rahman.
Betapa
kita telah bermujahadah, dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah,
membiasakan diri dengan aktivitas-aktivitas rabbani. Yang sebelumnya, qiyamul
lail hanya seminggu sekali atau mungkin kurang dari itu, di bulan Ramadhan
tarawih tak pernah terlewatkan. Yang sebelumnya berat untuk shalat berjamaah,
menjadi giat dan bersemangat datang ke masjid atau mushalla terdekat. Yang
semula masih ragu untuk bersedekah menjadi senang berkirim hidangan berbuka
puasa. Yang semula hanya tilawah sesempatnya, Alhamdulillah dalam sebulan
khatam Alquran.
Lalu
apa setelah Ramadhan? Akankah kebaikan-kebaikan itu akan ikut sirna?
Imam
Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi, salah seorang ulama salaf mengatakan tentang
orang-orang yang hanya bersemangat di bulan Ramadhan dan meninggalkan
kebaikan-kebaikan dengan bermalas-malasan setelahnya sebagai berikut, “Mereka
adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah
kecuali hanya di bulan Ramadhan.”
Lebih
lanjut, Imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya Latha-iful Ma’arif mengatakan, “Hamba Allah yang shalih adalah
orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh.”
Tidakkah
kita ingin menjadi hamba Allah yang shalih, yang senantiasa diliputi
kebahagiaan dalam hidupnya? Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam QS
Al-Ahqaf ayat 13: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah
Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Istiqamah.
Inilah kunci keberhasilan Ramadhan. Ramadhan sebagai syahrut tarbiyah. Bulan yang mendidik hati, pikiran, dan jasad kita
agar dapat digerakkan menuju jalan kebaikan. Memang tidak mudah. Namun di
situlah justru tantangannya. Sebagaimana kata Anis Matta dalam Delapan Mata Air Kecemerlangan,
“Persoalan berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi
bagaimana bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.” Inilah perjuangan.
10 Gerakan Perubahan
Sebagaimana
ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, Ramadhan seringkali digambarkan
sebagai fase kepompong. Keluar dari Ramadhan, kita menetas menjadi kupu-kupu
yang indah menawan. Maka, marilah kita mulai perubahan ini. Berubah menjadi
pribadi muslim yang lebih baik.
Setidaknya,
ada 10 hal yang perlu kita tingkatkan selepas Ramadhan. Kita sebut saja, 10
gerakan perubahan.
1. Salimul Aqidah
(Akidah yang lurus)
Hal paling mendasar dari pribadi muslim, terlebih dahulu
harus beres akidahnya. Semisal tidak berhubungan dengan dukun, jin, atau yang
berbau klenik. Mengingkari ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Islam
seperti komunisme, sekulerisme, feminisme, dan lain sebagainya.
Jika pondasi akidah ini sudah lurus, maka kita tingkatkan
lagi. Misal: berusaha keras untuk hanya mencari ridha Allah dalam setiap
beramal shalih. Menjauhi riya' dan tidak takut terhadap celaan manusia.
2. Shahihul Ibadah
(Ibadah yang benar)
Di bulan Ramadhan kita sudah ditempa dengan banyak ibadah mahdhah. Tidak hanya kuantitas tapi juga
kualitasnya kita tingkatkan, menjadi lebih khusyu’ dan ihsan. Tentu sesuai
dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Kita buat target, agar amal-amal ibadah kita selama
Ramadhan tetap membekas, semisal: tidak meninggalkan puasa ayyamul bid, shalat malam
minimal tiga kali dalam seminggu, khatam Alquran setiap bulan serta menghafal
sekian juz, shalat dhuha minimal 4 kali dalam seminggu, dan lain-lain. Buatlah
target yang detail dan jelas seperti contoh di atas.
3. Matinul Khuluq
(Akhlak yang kokoh)
Target yang bisa dibuat untuk poin ini misalnya: berusaha
untuk menepati janji (jika tidak menepati janji tanpa alasan syar'i, buatlah
hukuman untuk diri sendiri), tersenyum pada setiap orang yang ditemui,
memaafkan semua kesalahan orang lain pada kita dan mendoakannya, menjauhi
ghibah, dan lain-lain.
Seorang muslim seharusnya menunjukkan kemuliaan akhlak,
tidak hanya kepada keluarga dan sesama muslim, juga pada nonmuslim, makhluk
hidup lainnya, dan alam semesta.
4. Qawiyyul Jismi
(Jasad yang kuat)
Olahraga rutin setiap hari, minum air putih tak kurang dari
8 gelas, jika masih merokok mungkin resolusi berhenti merokok akan sangat baik.
Lainnya? tentu masih banyak. Silakan kreasikan sendiri. Hal-hal yang ingin
dilakukan agar tubuh kita tak mudah capek, lemas, apalagi sakit-sakitan. Muslim
yang kuat lebih dicintai Allah daripada muslim yang lemah.
5. Mutsaqaful Fikri
(Wawasan yang luas)
Buat target minimal membaca buku dalam sehari, mengikuti
perkembangan berita khususnya nasional dan dunia Islam, mengkhatamkan
kitab-kitab yang sangat dianjurkan untuk dibaca misal: Fiqus Sunnah, Riyadhus
Shalihin, Tafsir Ibnu Katsir dan Fi Zhilalil Quran, dan lain-lain. Masih banyak
lainnya yang bisa dibuat agar kamu menjadi intelek dan berwawasan luas. Ohya,
mengajarkan atau menuliskan ilmu yang didapat itu juga bagian dari upaya mutsaqaful fikri.
6. Mujahidun
Linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)
Berusaha untuk menjauhi hal-hal yang biasanya dapat
mengantarkan kita pada maksiat. Apa itu? Yang paling tahu adalah diri kita
sendiri. Apa saja contohnya? misal menundukkan pandangan, tidak makan ketika
masih kenyang, tidak mudah marah, memperbanyak istighfar dan memelihara wudhu
adalah salah satu caranya.
7. Haritsun ala
Waqtihi (Pandai menjaga waktu)
Disiplin. Tepat waktu ketika menghadiri pertemuan,
menyelesaikan tugas sesuai deadline,
membuat agenda harian mulai bangun tidur sampai tidur lagi, tidak menyisakan
sedikitpun waktu yang terbuang untuk hal yang sia-sia.
8. Munazham fi
Syu'unihi (Teratur dalam setiap urusan)
Bekerja secara profesional dan serius, menjaga dan
melaksanakan amanah, bekerjasama dengan baik dalam lembaga-lembaga yang
menganjurkan kebaikan. Tidak individualis atau egois.
9. Qadirun alal Kasbi
(Kemandirian dalam usaha)
Rasulullah mengajarkan bahwa orang Islam tak boleh
meminta-minta. Oleh karena itu harus mandiri. Jika sudah bisa mandiri, maka
targetnya adalah bagaimana meningkatkan penghasilan dari usaha itu. Berapa juta
rupiah dalam sebulan penghasilan yang kita? atau mungkin 1 milyar? Salah satu
tujuannya, agar kita bisa bersedekah lebih banyak lagi.
10. Nafiun Lighairihi
(Bermanfaat bagi orang lain)
Terakhir, Nafiun
Lighairihi. Kesembilan gerakan perubahan di atas adalah cara agar kita bisa
memaksimalkan poin 10 ini. Jika jasad kita kuat, kita akan dapat membantu orang
lain dengan fisik kita. Jika pengasilan lumayan, kita bisa bersedekah dengan
harta yang banyak. Jika wawasan kita luas, kita dapat mengajarkannya kembali.
Maka, target bermanfaat bagi orang lain ini sudah selayaknya masuk dalam daftar
10 gerakan perubahan. Misal, membagikan makanan pada anak jalanan setiap hari
jumat, membantu orang lain dengan potensi yang kita punya juga tak kalah
eloknya.
Mudah-mudahan,
kita keluar dari Ramadhan, dalam keaadan diampuni dosa-dosa kita, diterima
semua amal kebaikan kita, dan diberiNya kekuatan untuk menjadikan 11 bulan ke
depan, sebagai “Ramadhan-Ramadhan” yang istimewa.
0 Response to "Metamorfosis Ramadhan"
Posting Komentar