Review Buku Istana yang Dibangun dari Kata-Kata: Kisah-Kisah Inspiratif Para Pejuang Pena
Apa yang
bisa diceritakan dari pengalaman berorganisasi? Sebagian besar hanya berupa
kisah-kisah manis pengisi senggang saat kopdar atau reuni. Selebihnya, ia hanya
menjadi ingatan yang bisa hilang dan menguap.
Namun
teman-teman dari Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Timur punya cara yang berbeda
dalam merawat ingatan itu. Sebagai sebuah organisasi yang menghimpun para
penulis dan calon penulis, maka mengabadikan kisah dalam sebuah tulisan menjadi
tidak sekadar pilihan, melainkan kemestian.
Istana yang Dibangun Dari Kata-Kata, demikianlah judul buku yang
ditulis oleh 19 anggota FLP Jawa Timur. Sebuah buku yang mengabarkan tentang
suka duka mereka selama bergabung dengan Forum Lingkar Pena. Ada 5 tulisan saya
pula di dalamnya.
Ide
penulisan buku ini sebenarnya bukan hal yang baru. Jauh sebelumnya, FLP Pusat
sudah menerbitkan dua buku dengan tema sama yaitu Matahari Tak Pernah Sendiri, diterbitkan oleh Lingkar Pena
Publishing House. Kurang lebih, Istana
yang Dibangun dari Kata-Kata terinspirasi dari buku itu.
Banyak
cerita yang direkam dalam buku ini. Semuanya kisah nyata. Ada sedih, ada
bahagia. Semuanya menciptakan kenangan yang tak mungkin dilupa. Tidak hanya
tentang semarak berkegiatan dan berorganisasi, tidak hanya tentang bagaimana
FLP telah membantu mereka menjadi penulis, tetapi juga bahkan ada yang mendapat
jodoh dari FLP. Itulah kenapa, buku ini menjadi sangat menarik untuk dibaca.
Tidak hanya oleh para anggota FLP di Jawa Timur, tetapi juga anggota FLP dimana
pun berada. Bagaimana dengan mereka yang bukan anggota FLP? Buku ini tetap
menarik untuk dibaca, sebagai sebuah kisah pengalaman seru berorganisasi.
“Forum
Lingkar Pena bagiku adalah keluarga, rumah, dan tempat pulang. Karena di sana
aku bertemu kebahagiaan, keceriaan, kesenangan, tawa lepas, senyum indah, dan
ketulusan hati yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Pada keluarga-keluarga
lain, kesatuan mungkin bisa didapatkan, mungkin kekompakan dapat dicari, tapi
tidak dengan FLP. Ada satu rasa yang hanya diraih dengan kebersamaan, dengan ketulusan
dan kepercayaan, tanpa ada alasan ataupun perantara, karena semau itu muncul
murni dari nurani paling dalam…” (Hal. 80). Demikian pengakuan Ihdina Sabili,
anggota FLP Surabaya.
Di lembar
lain, Verena Mumtaz bercerita tentang perjuangannya mencari informasi tentang
FLP selama 2 tahun. Dan ketika sudah bergabung, ia mengaku sangat klik. Ia
mengaku memilih FLP dibandingkan komunitas-komunitas penulis yang lain karena,
“dalam FLP ada ruh keislaman untuk menjaga hati tetap berkiblat pada ilahi.”
(hal. 127)
Saya
sendiri banyak bercerita tentang pengalaman semasa 4 tahun menjadi ketua FLP
Jember. Bagaimana sempat mengalami pasang dan surut. Namun kebersamaan terasa
sangat indah dan berkesan. Bagaimana ketika menyiapkan sebuah acara besar namun
mengalami kesulitan dalam hal pendanaan dan peserta. Akhirnya ditemukan solusi
bersama, tetapi solusi yang unik itu memerlukan pengorbanan yang cukup besar. Semua
sepakat dan melakukannya bersama. Hasilnya, acara berjalan sukses luar biasa.
Berikut ini
sekilas kutipan saya dalam buku ini, “Forum Lingkar Pena, begitulah saya, kita,
mereka menyebutnya. Sebuah tempat dimana kreativitas tak lagi menjadi barang
langka. Di mana ide-ide meletup hingga tak bisa diraih seluruhnya. Tempat saya,
kita, dan mereka menyelenggarakan sebuah pesta. Pesta karya!”
Saya sering
menyebut FLP sebagai rumah kedua saya. Bahkan lebih dari itu, sebagai sebuah
istana. Maka judul buku ini diberi nama Istana
yang Dibangun dari Kata-kata. Istana adalah simbol kemegahan, simbol
kesenangan, simbol kedigdayaan, karena memang kami ingin FLP menjadi semakin
besar dan sampai pada puncak kejayaannya.
![]() |
cover lama |
Buku Istana
yang Dibangun dari Kata-Kata sudah memasuki cetakan yang ketiga. Yang terbaru
terbit Oktober 2017 dengan desain cover yang lebih fresh dan elegan. Selain itu, dalam edisi terbaru ini ada
endorsement dari ketua umum FLP 2013-2017, Sinta Yudisia.
“Kisah para
pegiat Forum Lingkar Pena selalu menyentuh dan menginspirasi. Anak-Anak muda
yang rela berlelah-lelah bergiat di dunia literasi. Kalau mau jadi penulis
andal, bacalah buku ini!” demikian tulis beliau. Jadi buku ini, seklai lagi,
tidak hanya cocok dibaca oleh anggota FLP saja, tapi siapapun terutama yang
punya minat besar dalam dunia kepenulisan dan punya cita-cita menjadi seorang
penulis.
Buku ini
akan menjadi semacam nutrisi yang semakin menggelorakan semangat untuk menjadi
penulis dengan karya-karya yang menginspirasi ummat.
Book Review #96. Review Istana yang Dibangun Dari Kata-Kata. Karya FLP Jawa Timur. Penerbit Meja Tamu, Sidoarjo: Cetakan 3,2017. halaman.
Book Review #96. Review Istana yang Dibangun Dari Kata-Kata. Karya FLP Jawa Timur. Penerbit Meja Tamu, Sidoarjo: Cetakan 3,2017. halaman.
6 Responses to "Review Buku Istana yang Dibangun dari Kata-Kata: Kisah-Kisah Inspiratif Para Pejuang Pena"
Mantap jiwa untuk semangat produktif menulis teman2 flp Jawa timur
Selalu bangga dengan karya-karya FLP :)
Barokallahu FLP Jatim... jd pengin punya bukunya euy.. inspiring. smg FLP lain bs mengikuti jejak2nya
sudah baca sedikit kemaren... :D
Banyak juga tulisanmu di buku itu , lima buah. Berapa tebal bukunya dan yg ikutan nulis berapa orang ya
selalu salut dengan para pegiat literasi... semngatnya, kekeluargaannya...
Posting Komentar