Perang Isu dalam Islam
Dr. Ahmad Naufal dalam pengantar buku ini
mengatakan, “Perang psikologis menempati posisi utama di antara peralatan
perang lainnya. Para ahli strategi militer percaya, bahwa perang psikologis
merupakan peralatan perang yang paling berpengaruh untuk mencapai kemenangan
secepat mungkin dengan resiko yang relatif kecil.”
Salah satu
bagi dari perang psikologis adalah perang isu. Itulah yang dibahas dalam buku
ini. Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi isu. Majalah Fikril ‘Askari
misalnya, menyebut isu adalah kabar dari sumber tertentu, dalam kondisi
tertentu, demi tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh sumber tanpa diketahui
oleh pihak lain, dan kabar ini menyebar di kalangan tertentu. Sementara
Jamaluddin Mahfudz mendefiniskan isu sebagai berita yang diragukan
kebenarannya, mengandung maksud-maksud penting dan kebenarannya sangatlah
lemah. Dengan kata lain: berita yang tersebar tanpa menyebutkan sumbernya yang
benar.” (Hal. 17)
Penulis
kemudian memaparkan banyak contoh perang isu yang terjadi sepanjang lintasan
sejarah. Seperti isu yang dilontarkan Firaun pada Nabi Musa, mengatakan bahwa
Musa adalah seorang ahli sihir. Isu juga pernah ditujukan kepada Nabi Yusuf,
bahwa ia telah mencoba berbuat tak senonoh pada Zulaikha. Bahkan isu juga
dihembuskan oleh orang-orang kafir Quraisy kepada junjungan kita Rasulullah
SAW.
Apa yang
menyebabkan munculnya isu? Dalam buku Perang Isu dalam Islam ini, disebutkan
banyak faktor yang melatarbelakanginya. Saya coba untuk menyebutkan dua saja.
Pertama adalah sikap tergesa-gesa, sementara ia tidak punya waktu yang memadai
untuk meneliti kebenarannya. Kedua adalah dendam, kebencian, dan egoisme.
Benar.
Seseorang yang menyimpan dendam atau kebencian, seringkali tak lagi bisa
menelaah dengan jernih setiap informasi yang datang. Asalkan ia merugikan
lawan, ditiuplah isu itu kencang-kencang. Tak jarang justru menjadi boomerang
bagi dirinya sendiri. Salah satu contohnya adalah berbagai kasus hoax di media
sosial. Banyak yang sudah ditangkap.
Isu dihembuskan
dengan tujuan-tujuan tertentu. Dalam buku ini setidaknya dipaparkan tujuh hal.
Namun yang pertama dan menjadi tujuan utama dalam hampir setiap perang isu
adalah; untuk menyebarkan perpecahan dan menghancurkan kejiwaan mereka yang
berada dalam barisan musuh. Tetapi isu juga terkadang digunakan untuk merusak
nama baik atau kredibilitas seseorang. Atau biasa kita kenal dengan istilah,
fitnah. Ini berbahaya. Alquran bahkan menyebut fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan.
Nah, untuk
melawannya, Dr. Ahmad Naufal, dalam buku ini juga telah memberikan panduannya.
Tentu yang pertama adalah berbaik sangka terhadap sesama mukmin. Cara kedua
adalah dengan tidak menyebarluaskannya.
Ketiga dengan menetralkan isu, caranya adalah menghancurkan pos-pos atau tempat
isu itu berkembang.
Meski
terlihat kecil dan tipis, buku Perang Isu dalam Islam ini cukup layak dijadikan
panduan untuk memerangi isu atau yang kita kenal dengan hoax di era digital
ini.
Book Review #98. Review Perang
Isu dalam Islam. Karya Dr Ahmad Naufal. Penerbit Pustaka
Mantiq, Solo: Cetakan 2,1993. 125 halaman.
0 Response to "Perang Isu dalam Islam"
Posting Komentar