Indahnya Perayaan Cinta
Saatnya merayakan cinta!
Setelah menikmati detik-detik mendebarkan menjelang akad, kini ia adalah
pasangan sahmu. Maka berikan senyum tulus untuknya. Karena senyum itulah yang
membuat dada pasangan berdegup lebih kencang, seolah sedang memainkan musik
yang harmoni. Mencicipi kebahagiaan.
Lalu tataplah wajahnya.
Tataplah matanya lembut seolah ia adalah sepasang yakut yang kini telah menjadi
milikmu. Mungkin ada rasa rikuh, canggung, malu, itu wajar. Sebab memang, sebelumnya
ia orang asing bagimu. Maka nikmatilah sensasi itu. Itulah rahmat Allah bagi
orang-orang yang telah menjalani penantian panjangnya dengan ketakwaan.
Sentuhan Pertama
Jika menatapnya saja,
mendengar suara dan salamnya saja sudah demikian membuat hati bahagia, kini
kebahagiaan itu semakin deras saat sentuhan pertama dimulai. Pasangan perempuan
mencium tangan suaminya. Pasangan laki-laki menyentuh ubun-ubun istrinya, lalu
mencium keningnya dengan penuh keharuan. Tak terasa air mata menitik. Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau
dustakan?
Panjatkanlah doa sebagaimana
yang diajarkan oleh Rasulullah, “Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu
kebaikannya dan kebaikan wataknya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari
kejahatannya dan kejahatan wataknya.” (HR Bukhari, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Hari itu, bumi terasa begitu
lapang, hati menghayati keagungan-Nya, syukur yang tak habis-habis. Lalu
diajaklah ia memulai kehidupan baru dengan shalat berjamaah. Untuk pertama
kalinya, seorang perempuan menjadi makmum baginya. Berdua. Dalam suasana penuh
cinta. Untuk pertama kalinya, imam yang ia nanti dengan penuh kesabaran
benar-benar hadir. Bacaan qurannya yang fasih, mengantarkan rasa terima kasih
yang penuh pada Dzat yang Maha Melimpahkan Karunia, ketakjuban akan takdir-Nya
yang indah.
Di ruang itu, di kamar itu,
hanya ada mereka berdua. Sentuhan pertama berlanjut pada sentuhan kedua.
Kemesraan pertama berlanjut pada kemesraan berikutnya. Tangan-tangan yang
saling menggenggam, saling meremas. Semuanya bernilai pahala di sisi-Nya.
Makanan kecil ikut hadir
menyemarakkan kebahagiaan. Saling memberikan suapan dengan lembut. Diselingi
obrolan ringan untuk membangun keakraban. Inilah saat pertama yang paling baik
untuk mulai menjalin komunikasi. Sebab kata Reza M. Syarief, sebagaimana
dikutip oleh Salim A Fillah dalam Bahagianya
Merayakan Cinta, sebagian besar problem rumah tangga dimulai dari ketiadaan
dua hal: visi dan komunikasi.
Agar obrolan tidak terlalu
garing, boleh ditambah dengan guyonan, atau canda-canda segar. Bisa berupa
kisah-kisah konyol masa kecil atau kehidupan sebelum menikah. Dengan itu,
suasana menjadi hidup dan proses saling mengenal satu sama lain mulai
berlangsung.
Seorang suami yang mencandai
istrinya, kata Salim A Fillah, bahkan disejajarkan dengan persiapan jihad fii sabilillah. Sebagaimana hadits yang
diwiyatkan oleh An-Nasa’i, “Segala sesuatu selain dzikrullah adalah permainan
dan kesia-siaan kecuali terhadap empat hal. Yaitu seorang suami yang mencandai
istrinya, seorang yang melatih kudanya, seorang yang berjalan menuju dua
sasaran (panahan), dan seorang yang berlatih renang.”
Indahnya Malam Zafaf
“Istri-istri kalian itu adalah pakaian bagi
kalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah 187)
Dan, inilah puncaknya.
Sesuatu yang dulu haram, menjadi halal dilakukan. Sesuatu yang dulu diancam
dengan 100 kali cambuk jika melakukannya, kini justru berbuah pahala. Malam
inilah yang paling dinanti, yang paling mendebarkan, paling indah dalam sejarah
kebersamaan.
Rasulullah SAW bersabda,
“Dan pada kemaluan salah seorang dari kalian, terdapat sedekah.” Para sahabat
bertanya, “Jika kami mendatangi istri-istri kami, apakah ada pahala di dalamnya
Ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “Bukankah jika ia diletakkan di tempat yang
haram maka kalian berdosa?” Mereka menjawab, “Benar.” Lalu beliau bersabda,
“Maka demikianlah, jika diletakkan di tempat yang halal, ia berpahala.” (HR.
Muslim)
Lampu-lampu sudah dimatikan.
Wangi kamar pengantin yang semerbak, aroma parfum yang lembut di hidung, seolah
menjadikanmu kumbang yang siap menghirup sari madunya.
Tapi nanti dulu. Tak perlu
terburu-buru. Meski alangkah baiknya, ibarat orang yang berpuasa, agar
menyegerakan berbuka, namun pastikan pasangan benar-benar telah siap.
Berwudhulah, dan panjatkan doa sebagai engkau telah mempelajarinya. Doa ketika
hendak jima’.
Mungkin istri masih merasa
canggung dan malu. Mulailah dengan mubasyarah. Berikan ciuman-ciuman di area
sensitifnya. Demikian pula seorang istri hendaknya membangkitkan syahwat
suaminya.
“Sebaik-baik istri kalian adalah
yang pandai menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat. Yakni keras menjaga
kehormatan dirinya lagi pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR Ad Dailami)
Ingat kembali tentang
urgensi jima’. Berdoa agar dari
hubungan itu dikaruniai keturunan. Sebagaimana kata Umar bin Khattab, “Aku
memaksakan diri berjima’ agar Allah mengkaruniakan dariku makhluk yang akan
bertasbih mengingat-Nya.” Semoga dari hubungan itu Allah berikan anak yang
shalih dan shalihah.
Selain itu, ditinjau dari
segi medis, jima’ atau hubungan intim ternyata juga bermanfaat. Harold
Bloomfield, M.D dalam bukunya The Power
of Five mengatakan bahwa hubungan seks yang baik sangatlah penting agar
tingkat estrogen pada wanita tetap tinggi. Estrogen yang tinggi membuat
kesehatan tulang, kardiovaskular menjadi lebih baik. Bagi laki-laki, kadar testosteron
yang akan meningkat. Dan ini sangat penting untuk vitalitas, kekuatan, serta
peningkatan energi.
Jika Istri Sedang “Cuti”
Saat malam pertama datang,
tak menutup kemungkinan “bulan pun ikut datang”. Artinya, saat terlarang untuk
melakukan hubungan badan. Atau bisa jadi istri belum siap. Karena bersentuhan
dengan laki-laki asing pun tak pernah, dan kini harus melepas seluruh pakaian
di hadapan laki-laki yang baru ia kenal.
Pahamilah perasaannya,
bersabarlah. Bukankah engkau telah melewati ribuan hari dalam kesabaran, maka
pastilah engkau lebih bisa bersabar hanya untuk beberapa hari, sampai ia telah
benar-benar siap lahir dan batin. Bukankah pula telah begitu banyak kebahagiaan
yang engkau dapatkan hari ini, tentu akan sangat indah jika kelezatan ini
disimpan sampai saat yang tepat.
Bersenang-senanglah selagi
itu bukan jima’. Teruslah bangun kedekatan. Sampai ia merasa bahwa kau telah
benar-benar menjadi miliknya, dan ia menjadi milikmu.
Perlukah Bulan Madu?
Orang-orang menyebutnya
bulan madu. Meski terkadang tidak mesti sebulan, bisa lebih pendek atau lebih
lama dari itu. Pasangan suami istri menghabiskan waktu berdua, ke sebuah
tempat, menyewa kamar, hanya untuk bersenang-senang. Bebas dari segala tugas
pekerjaan.
Perlukah bulan madu? Bagi
pengantin baru, setiap hari adalah madu. Tak perlu memaksakan beplesir jauh
jika memang tak ada biaya. Jalan berdua ke pantai atau menikmati hijaunya kebun
teh sudah sangat membahagiakan. Intinya, “Asal bersamamu, setiap hari adalah
kuntum bunga, setiap tempat adalah surga.”
Ketika baru saja menikah,
saya dan istri tak punya waktu khusus untuk bulan madu. Bahkan tak lama setelah
pernikahan, kami harus kembali pada kesibukan masing-masing dan agenda-agenda
dakwah yang harus diselesaikan. Namun demikian, kami tetap bisa merayakan cinta
berdua. Perayaan cinta yang indah.
“Hari-hari paling indah
dalam kebersamaan sepasang kekasih, adalah ketika ia bisa memadukan cinta untuk
meraih cinta-Nya.”
0 Response to "Indahnya Perayaan Cinta"
Posting Komentar