Menantu Idaman Mertua
Pernikahan,
tidak hanya menyatukan dua hati dalam sebuah mahligai, ia juga mempertemukan
dua keluarga besar. Setidaknya bagi masing-masing pasangan, ada “orang tua”
baru selain ayah dan ibu kandungnya. Kita biasa menyebutnya, mertua.
Sebab
anaknya telah menjadi belahan jiwa, maka mertua layaknya mendapat penghormatan
yang istimewa. Sebagaimana hormat kita pada kedua orang tua. Mereka akan
bahagia jika anaknya bahagia hidup bersama kita. Sebaliknya, mereka akan berduka
jika kita gagal mewujudkan rumah tangga yang bahagia.
Saya akan
coba berbagi tentang apa yang menjadi harapan terbesar mertua pada menantunya.
Baik mertua si suami maupun mertua sang istri.
Mertua Pengantin Perempuan
Mereka yang
telah mendidik dan membesarkan seseorang yang kemudian menjadi qawwam, menjadi sosok yang bertanggung
jawab, menjadi panutan. Begitu besar jasa mereka sehingga haruslah kita takzim
padanya.
Kepada
mereka, kita ceritakan segala kebaikan suami, sehingga terpancarlah raut wajah
bahagia. Kepada mereka, kita sampaikan hal-hal yang baik dalam kehidupan rumah
tangga sehingga menjadi tenteramlah hatinya.
Bukan
sebaliknya.
Kita tentu
masih ingat, bagaimana kisah Nabi Ibrahim dengan menantunya, yang tak lain
adalah istri dari putra tercintanya, Ismail. Suatu hari Nabi Ibrahim berkunjung
ke rumah putranya. Seorang perempuan membukakan pintu untuknya. Lalu Nabi
Ibrahim bertanya kemana suaminya pergi dan bagaimana kehidupan mereka selama
ini. Istri Nabi Ismail mengatakan bahwa suaminya pergi berburu dan kehidupannya
selama ini sangat menyedihkan. Ia terus mengeluh dan seolah-olah menyalahkan
Nabi Ismail karena hidupnya yang sulit. Sebelum pulang, Nabi Ibrahim berpesan,
“Kalau suamimu datang, sampaikan salam dariku dan katakan segera ganti palang
pintunya.”
Itu adalah
isyarat bahwa Nabi Ismail harus menceraikan istrinya. Sebab ia hanya melihat
keburukan dari suaminya, bukan kebaikannya.
Kemudian
Nabi Ismail menikah lagi. Dan Nabi Ibrahim kembali datang berkunjung. Seorang
perempuan membukakan pintu untuknya. Lalu Nabi Ibrahim menanyakan bagaimana
kehidupannya bersama suami. Perempuan itu tidak henti-hentinya bersyukur dan
mengatakan bahwa keluarganya dilimpahi nikmat dan kebaikan. Sebelum pulang Nabi
Ibrahim berpesan padanya, “Kalau suamimu datang, sampaikan salam dariku dan
katakana agar ia mengokohkan palang pintu rumahnya.”
Itu adalah
isyarat bahwa Nabi Ismail harus mempertahankan istrinya. Sebab ia adalah
perempuan yang pandai bersyukur dan memuji kebaikan suaminya.
Kisah ini
adalah gambaran bahwa menantu perempuan idaman adalah yang qanaah terhadap pemberian suaminya. Ia senantiasa bersyukur dan
tidak menuntut macam-macam. Ia tidak mengabarkan, kecuali kebaikan suami dan
keluarganya. Inilah salah satu ciri wanita shalihah.
Selain
mempersembahkan cucu-cucu yang shalih dan shalihah, menantu perempuan idaman
juga pandai menyenangkan hati mertuanya. Tak segan menemani mereka ngobrol,
berbelanja, hingga memberikan hadiah-hadiah kecil tak terduga.
Sebagai
istri, ia pun memahami bahwa bakti paling utama sang suami adalah kepada
ibunya. Sehingga ia rela dan sama sekali tak sakit hati, jika suaminya
mendahulukan ibu mertua dibandingkan dirinya. Ia tak menuntut diperlakukan
sama, apalagi lebih mulia. Justru ia mengingatkan suami jika perhatian pada
ibunya memudar setelah pernikahan.
Ia tetap
setia melayani keperluan suaminya, menjaga rumah saat suami pergi bekerja atau
ke luar kota, serta mendidik anak-anaknya dengan baik.
Jika
suaminya sukses, mertua pun akan bangga padanya, sebab dialah salah seorang
yang berjasa mengantarkan pada kesuksesan itu.
Tak perlu
sungkan untuk bertanya kepada ayah dan ibu mertua, tentang hal apa atau
kebiasaan apa yang membuat suaminya senang. Karena sebagai istri yang baru
terhitung bulan saling mengenal, belum banyak hal yang diketahui dari suami,
sementara ayah dan ibu mertua sudah bersama sang suami sejak masih dalam
buaian. Tentu ini akan membuat mertua senang, dan sebagai istri akan lebih
banyak lagi menyenangkan hati suami.
Mertua Pengantin Laki-Laki
Merekalah
yang telah melimpahkan amanah, merelakan putrinya dipimpin dan dibimbing oleh
laki-laki lain. Laki-laki yang baru mereka kenal. Kepadanyalah mereka
menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya, melalui prosesi yang kita sebut, akad
nikah. Akad nikah adalah masa beralihnya tanggung jawab seorang ayah kepada
menantu laki-lakinya.
Maka kepada
mereka kita sampaikan takzim, kita haturkan terima kasih setinggi-tingginya
atas kepercayaan yang telah diberikan. Mereka pula yang telah berjerih payah
menafkahi, menjaga, dan membimbing putrinya menjadi wanita shalihah.
Mertua
pengantin laki-laki terutama sekali akan melihat keindahan budi menantunya.
Setelah tentu saja, melihat bagaimana pemahaman agamanya. Sebab agama dan
perangaik baik yang akan menuntun seorang suami untuk tak pernah menyakiti
istrinya. Banyak kasus seorang suami yang ringan tangan pada istrinya dan
itulah yang dikhawatirkan oleh para orang tua.
Kriteria
lain adalah keluasan ilmu yang dimilikinya. Rasulullah SAW menolak lamaran Abu
Bakar untuk Fatimah, beliau pun menolak lamaran Umar bin Khattab. Tetapi
kemudian beliau menikahkan putrinya, Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, yang
dikenal sebagai gudang ilmu. Sebab dengan ilmu, seorang suami akan membimbing
istri dan anak-anaknya mengenal Allah, dengan ilmu seorang suami bisa menjadi
imam yang baik, menasihati kebaikan dan menegur jika ada kesalahan.
Mertua yang
baik tidak akan terlalu memikirkan soal berapa besar penghasilan menantunya.
Sebagaimana Rasulullah SAW tidak melihat harta yang dimiliki Ali. Dibandingkan
empat orang sahabat lainnya, Ali tergolong yang kurang berada. Tetapi
kenyataannya, Rasulullah memilih Ali.
Sebab
mereka yakin, bahwa Allah pasti akan memberi rezeki lewat tangannya. Yang
terpenting adalah menantu laki-lakinya itu mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
insya Allah keberkahan akan meliputi hidupnya.
Mertua Zaman Now
Tetapi
mungkin, yang saya sampaikan ini adalah gambaran ideal bagi mertua yang “terlalu
baik”. Karena realitanya, tak seindah itu. Harapan-harapan bahkan “tekanan”
dari mertua datang bertubi-tubi. Dan hampir semuanya, belum terwujud.
Mertua
pengantin laki-laki umumnya menginginkan menantunya itu memiliki pekerjaan yang
prestisius, sehingga mereka bisa membanggakannya di hadapan orang-orang. Misal
sebagai PNS, Pegawai bank, Direktur, atau Manager perusahaan.
Mereka juga
ingin menantunya memiliki pendidikan yang tinggi. Minimal sarjana,
syukur-syukur hingga S3. Mereka ingin sang menantu menjadi tokoh terpandang,
memiliki pengaruh, dan dikenal luas oleh masyarakat.
Sebaliknya,
mertua pengantin perempuan menginginkan menantunya tampil cantik dan anggun.
Mereka ingin menantunya bisa ikut membantu suami meningkatkan penghasilan
keluarga. Mereka berharap menantunya cakap dalam mengatur dan mengelola urusan
rumah tangga.
Tak kalah
juga, mereka ingin menantu perempuannya itu melahirkan banyak cucu yang
menyenangkan hati mereka.
Sebagai
menantu, semua itu sesungguhnya menjadi tantangan bagi kita. Agar kita tak
mudah berpuas diri. Selalu terus berusaha menjadi lebih baik di hdapan mertua.
Selalu mencoba membuatnya senang atas capaian-capaian kita selama berumah
tangga.
Tetapi di
atas semua itu, antar pasangan hendaknya saling menceritakan kebaikan
pasangannya pada mertua sehingga terus memupuk keyakinan mereka, bahwa
menantunya itu adalah yang terbaik dan sedang berusaha menjadi lebih baik.
9 Responses to "Menantu Idaman Mertua"
Menantu dan mertua sebutan yang berjarak menurut saya, mertua adalah orangtua juga, jadi semoga semua menerima anak-anaknya (menantu) seperti anak kandungnya ya.
paling risih itu tayangan tv jaman skrg menyuguhkan tontotan perselisihan dan pertengjaran antara menantu dan mertua yang tidak disertai solusi malah ujung2nya ngompor2i...
Mertua, oh mertua. meskipun menjadi orang tua setelah menikah, tetep aja berbeda. haha
Saya setuju. Jika bercerita kepada orang lain khususnya para orang tua kita sebaiknya yang baik-baik saja. Karena urusan salam rumah tangga kita jangan sampai terbawa keluar.
MasyaAllah ya akhlak Rasulullah, gak suka sama menantunya aja, pakai kata kiasan sehingga tidak menyakitkan hati
wah.. insya Allah terus belajar utk jd menantu terbaik bagi mertua tersayang
wah.. insya Allah terus belajar utk jd menantu terbaik bagi mertua tersayang
Gampang2 susah memang untuk mengambil hati mertua, thanks sharingnya mas...
begitu menikah kadang suka keder sendiri sama mertua. apalagi sering dengar cerita mertua yang tidak akur sama menantu.
Posting Komentar