Senior Wicha yang Luar Biasa
Menulis
benar-benar menguras energi. Apalagi menulis dengan target yang ketat, diikuti
nuansa persaingan yang ketat, maka ia juga menguras emosi.
Inilah yang
terjadi di kelas senior writing challenge (Wi-Cha) FLP Jawa Timur. Pasca
melampaui dua kelas sebelumnya, yaitu premier wi-cha dan junior wi-cha,
tantangan kali ini jauh lebih berat. Tidak hanya target menulis 500 kata per
hari dan menulis dengan tema tertentu tiap 8 hari sekali, di kelas senior
wi-cha ini, tiap peserta diharuskan mengirim naskah ke media tiap 8 hari
sekali. Ini bukanlah tantangan yang mudah.
Tetapi saya
bisa melaluinya dengan baik. Pada mulanya hampir ‘tanpa noda’. Tanpa tanda
silang yang menunjukkan hukuman karena tidak setoran atau tidak menyelesaikan tantangan
menulis tema dan mengirim ke media. 30 hari lamanya, saya berhasil
mempertahankan itu, sementara yang lain sudah bersilang ijo bahkan ada yang
nyaris kehilangan nyawa.
Tetapi,
pertahanan saya goyah. Alasannya, sama
seperti alasan peserta lain yang bersilang ijo: ketiduran. Tapi itu, tidak
lantas membuat saya menyerah. Saya terus berjuang menuntaskan pertarungan ini.
Pagi,
siang, malam, saya menulis. Di tengah kesibukan mendera dan deadline editing
yang padat, saya terus menulis. Meski pada akhirnya tak banyak yang bisa saya
hasilkan. Hingga kemudian, semangat menulis yang terus tumbuh ini kembali
melejitkan semangat saya untuk aktif di platform UC News.
Saya mulai
buka lagi akun saya yang dipenuhi sarang laba-laba. Saya menulis banyak
artikel. 3 hari terakhir ini bahkan saya menulis sekitar 5 artikel per hari.
Belum lagi catatan harian dan tulisan-tulisan lain yang notabene nonfiksi.
Ada 6 orang
di kelas senior wi-cha ini dan semuanya adalah pejuang tangguh. Tetapi tiga
orang anak muda telah berhasil mencuri perhatian saya. Inel, Fauzi, dan Niswa.
Semangat menulis mereka gila-gilaan. Mereka bisa menulis hingga ribuan kata per
hari. Yang lebih luar biasa lagi adalah Fauzi. Nyawanya tinggal sebiji, yang
artinya sekali lagi dia tidak setor, maka ia gagal melanjutkan ke kelas
berikutnya. Tetapi ia bisa melalui itu. Ia lulus. Dan ini bukan kali pertama,
ia juga lulus dari kelas junior wicha dengan cara yang sama. Saya menduga kuat,
ia benar-benar menyukai tantangan.
Sementara
dari Niswa, saya melihat kerja kerasnya untuk menjadi yang terbaik tak pernah
surut. Meski sempat saya salip, di menit-menit injury time, ia kembali menyalip
saya, sehingga saya kembali tertinggal.
Kalau Inel,
tak perlu saya ceritakan lagi. Lain lagi dengan Rozikin, yang meski sempat
unggul di awal, akhirnya ia menyerah takluk di posisi ke-5. Satu tingkat di
atas Mbak Wiwik yang “pelan namun meyakinkan”. Sejak di Reading Challenge (RC),
Mbak Wiwik dikenal tak berambisi menajdi juara. Targetnya adalah lulus dengan
menyelesaikan semua tantangan dengan sempurna. Benar-benar luar biasa.
Writing
challenge hingga kelas senior ini benar-benar memacu semua pesertanya aktif
menulis. Memacu mereka menjadi produktif. Menulis tiap hari. Tak ada hari yang
terlewat tanpa menulis. Sebuah cerita dari salah seorang peserta di grup chit
chat (grup khusus untuk peserta RC dan Wicha), jika merela lupa belum menulis
atau belum laporan, suaminya membangunkan, seraya menyerahkan hp ke tangannya.
So sweet banget ya. Hehe.
sumber gambar: marketingdonut.co.uk
0 Response to "Senior Wicha yang Luar Biasa"
Posting Komentar