Pesona Semu Cinta Pada Pandangan Pertama
Jika
ada seorang pemuda berkata, “Aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama.”
Maka yakinlah seratus persen bahwa ia berdusta.
(Rafif)
Jelas sekali
bahwa sebenarnya ia ingin mengatakan, “Aku bernafsu kepadamu sejak pandangan pertama.”
Mengapa? Karena cinta terlalu agung untuk hadir hanya pada kedipan mata –yang tentu
saja– menjadikan fisik sebagai parameter utama. Cinta lebih dari itu. Letak
cinta bukan hanya pada mata, tapi bersumber dari jiwa. Tentu, ada sebuah proses
agar cinta bersemayam di dalamnya.
Pemuda yang
mengatakan demikian hanya ingin menutupi nafsunya dengan rayuan-rayuan yang
mengatasnamakan cinta. Padahal sejatinya, semua orang yang mengerti hakikat
cinta tahu bahwa ia jelas-jelas telah berdusta. Bagaimana mungkin pertama kali
ia melihat seorang wanita dengan kelopak mata, lantas cinta begitu saja hadir
dalam dirinya. Jikalau ia mengatakan suka, mungkin benar adanya. Tapi yang ia
sukai tak lebih dari penampilan fisik. Barangkali ia menyukai kecantikannya,
menyukai bentuk-bentuk fisik yang lainnya. Perlu digarisbawahi: CINTA tidak
sama dengan SUKA.
Dan ketahuilah,
sebagian besar ketertarikan yang bersumber dari fisik akan bermuara pada nafsu
yang menggebu. Sedangkan nafsu tidak akan mungkin bergandengan tangan dengan
cinta. Karena cinta dan nafsu adalah sesuatu yang bertolak belakang. Cinta
menyembuhkan, sedangkan nafsu menistakan.
Ibnu Hazm
menulis dalam Thuq Al-Hamamah, “Apapun
yang cepat tumbuh dan berkembang, cepat pula ia mati dan tumbang. Sedangkan
yang lambat tumbuh, lambat pula habisnya.” Jika ada seorang lelaki yang
tertarik pada seorang perempuan pada pandangan pertama, lalu memutuskan
menjadikannya kekasih, kata Ibnu Hazm, itu menunjukkan sifatnya yang kurang
sabar. Ia akan cepat mengeluh dan cepat pula bosan.
Semoga para
wanita tidak tergoda dengan bujuk rayu manis kata yang sepertinya indah dan
mendayu-dayu itu, karena sebenarnya jikalau ia memang cinta seharusnya bukan
pada pandangan. Seharusnya jika ia
mencinta bukan kali pertama pada tatap mata. Barangkali ia bisa mengatakan
begini, “Aku mencintaimu; pada hati dan anggun akhlakmu.” Terlalu gegabah jika
mengukur cinta dengan parameter fisik. Tentu tak hanya sebuah kekeliruan, ini
adalah sebuah kesalahan besar atau ketidaktahuan fatal akan makna “cinta” yang
diungkapkannya.
Percayalah,
cinta hanya akan tumbuh pada hati yang bening. Yang tidak sekadar melihat objek
yang dicintainya dengan mata, tapi juga dengan jiwa. Bahkan terkadang cinta
hadir tidak melalui pandangan. Hakikat cinta adalah mengenal. Barangkali ungkapan
pepatah “tak kenal maka tak sayang” adalah benar adanya. Cinta tak mungkin akan
tumbuh jika tak mengenal objek yang dicintainya. Namun cinta bisa hadir meski
mata tak pernah bertemu pandang. Seperti kita mencintai Allah, seperti kita
mencintai Rasulullah, seperti kita mencintai cinta. (rafif)
sumber gambar: merdeka.com
0 Response to "Pesona Semu Cinta Pada Pandangan Pertama"
Posting Komentar