Serunya Ramadan Bersama Si Kecil
8 Tahun lalu. Waktu itu Safa masih berusia sekitar 1
tahun. Di rumah yang sekaligus kami jadikan toko buku. Ramadan terasa sangat
istimewa. Kami hanya bertiga. Saya, istri, dan Safa. Namun tidak setiap malam
kami bisa buka puasa dan sahur bersama. Jika istri kebagian shift praktik sore,
saya hanya berdua dengan Safa. Buka puasa ala kadanya. Jika kebetulan shift
praktik malam, sahur pun hanya berdua dengan Safa.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan, ketika saya
mengajak Safa kecil untuk i’tikaf berdua. Di masjid tepat sebelah rumah. Kira-kira
jam 2 kami ke masjid, shalat, tilawah Al-Qur’an, dzikir, baca buku. Sekali-kali
saya bermain dengan Safa. Tapi kadang ia tertidur di pangkuan saya, kadang di
lantai yang beralaskan karpet. Saya meneruskan shalat dan tilawah sambil
menepuk nyamuk yang kadang menggerayanginya.
Pernah, saat istri shift malam, kami juga ikut menginap
di rumah sakit dan sahur bersama di sana. Ada kamar khusus yang disediakan
untuk dokter jaga. Di sanalah kami berkumpul bersama. Pernah pula kami buka
puasa dan sahur di rumah sakit dalam beberapa hari berturut-turut, ketika Safa
harus opname karena gejala typhus. Menu
buka puasa tinggal cari di sekitar Rumah Sakit Delta Surya. Ada banyak yang
menjual hidangan berbuka di sana.
Buka puasa dan sahur terasa nikmat. Meski sangat
sederhana. Kami bersyukur, meski diuji dengan musibah sakitnya Safa, tapi kami
masih bisa menjalankan kewajiban ibadah puasa Ramadan bersama keluarga.
Di kala lain, kami bertiga kadang shalat tarawih dari
satu masjid ke masjid lainnya. Kadang pula ikut kajian dan buka puasa bersama
di masjid itu. Pernah, mungkin karena kecapekan, Safa muntah-muntah. Akhirnya kami
memutuskan untuk pulang.
Sejak usia 5 tahun, Safa sudah Latihan puasa. Puasanya
full. Dari subuh sampai maghrib. Utinya
menyarankan agar puasa setengah hari saja, kami pun tidak memaksa, tapi ia
sendiri kuat sampai beduk maghrib. Asyik bermain membuatnya lupa.
Ramadan tahun lalu, adik Safa lahir ke dunia. Namanya
Hanin. Tepat pada tanggal 17 Ramadan. Saya ingat, malam itu orang-orang ramai
memperingati Nuzulul Quran. Di waktu bersamaan, demonstrasi menentang
kecurangan pemilu sedang berkecamuk. Allah menghendaki Hanin terlahir lewat
operasi caesar.
Kini, usia Hanin sudah 1 tahun. Sudah bisa merangkak. Sudah
bisa ngoceh. Belum bisa ikut shalat, tapi sudah bisa berucap “Allahu Akbar” dan
“Aamiin”.
Selama pandemi Covid-19 ini, kami shalat tarawih di
rumah. Hanin ikut nimbrung di tengah-tengah jamaah yang hanya dua orang, sambil
mengacak-acak buku dan sesekali ikut teriak “Allahu Akbar”.
Selesai tarawih, biasanya saya membacakan tafsir Ibnu
Katsir. Hanin selalu berusaha meraih kitab itu untuk mengacak-acaknya. Jadinya kadang
lucu. Saya membaca kitab sambil menggerakannya ke atas, ke kanan, ke kiri,
untuk menjauhkan dari jangkauan tangan Hanin. Tapi ia lebih gigih berusaha,
sehingga saya dudukkan dalam pangkuan. Ia pun menjadi lebih leluasa
mengacak-acak dan menarik pita pembatas. Hehe.
Ada-ada saja tingkahnya. Kadang menarik sarung saya,
kadang merangkak dan menghampiri bundanya sambil merajuk minta digendong.
Entah malam ke berapa. Saat shalat tarawih siap didirikan,
Hanin muntah-muntah. Akhirnya tarawih ditunda dulu. Tapi hingga malam semakin
larut, dia masih terus muntah. Sampai ganti pakaian berkali-kali. Sepertinya,
ia kurang cocok dengan kolak kacang ijo. Mungkin pencernaannya belum bisa
menyesuaikan.
Ibadah di rumah menjadi lebih seru dan berwarna dengan
kehadiran Hanin. Ketika waktunya tarawih, tapi Hanin lagi terlelap tidur, Safa
berujar, “Gak ada adik gak seru!”
Safa sudah 9 tahun, sudah mau naik kelas 4 SD. Kalau
dulu, ia hanya puasa, sekarang ikut diwajibkan tilawah dan menambah hafalan
juga. Plus salah satu aktivitasnya di bulan Ramadan kali ini: menulis cerita
dan bikin komik.
#bersemadi_harike4
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
0 Response to "Serunya Ramadan Bersama Si Kecil"
Posting Komentar