Semarak Festival Virtual Gunungan Bandeng Asap Sidoarjo
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar Festival Virtual Gunungan Bandeng Asap? Mungkin pada awalnya kita sepemikiran. Semacam pesta bandeng. Dan—tentu saja—makan-makan. Lalu bagaimana caranya jika itu dilakukan secara virtual?
Saya baru ngeh, ketika kemudian terlibat dalam
kepanitiaan. Festival Virtual Gunungan Bandeng Asap bukan sekadar perayaan
kuliner. Bukan sekadar makan-makan. Ia adalah event yang memadukan antara
budaya dan seni. Sebuah kolaborasi yang eksotik dan mengagumkan.
Mari kita simak langsung bagaimana jalannya acara Festival Virtual Gunungan Bandeng Asap yang diselenggarakan Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) pada Sabtu, 14 November 2020.
Narator
membuka dengan narasi tentang Sidoarjo, kekayaan alam, dan budayanya.
“Festival
Gunungan Bandeng Asap merupakan bentuk
upaya pelestarian terhadap nilai-nilai tradisi yang ada di dalamnya. Selamat menyaksikan!”
Lalu perlahan, gunungan bandeng setinggi 1,5 meter diarak memasuki Dekesda Art Center. Di bagian depan tampak Dewi Sri yang melambangkan dewi kesuburan berjalan dengan anggun. Di bagian paling belakang, diikuti oleh barongan yang melakukan aksi memukau.
Sepanjang arak-arakan
atau kirab berlangsung, macapat atau kidungan diperdengarkan.
Berikutnya,
acara dilanjutkan dengan tarian Dewi Sri, Tari Bandeng Nener, Tari Banjar
Kemuning, dan Tari Buri Bandeng. Setiap tarian memiliki makna tersendiri.
Seperti misalnya Tari Banjar Kemuning yang menggambarkan sosok istri nelayan
yang kuat dan tegar. Mereka memanjatkan doa pada Tuhan untuk keselamatan
suaminya saat berangkat berlayar. Tarian ini sangat enerjik dan dinamis,
melambangkan semangat, harapan, dan optimisme.
Di
tengah-tengah acara, ada beberapa kata sambutan dari Ketua Dewan Kesenian
Sidoarjo, Ali Aspandi. Dalam sambutannya, beliau menjelaskan latar belakang
diadakannya Festival Virtual Bandeng Asap. Menurut beliau, selama ini Sidoarjo
dikenal sebagai kota industri. PAD terbesar dari sektor industri, sementara pariwisata
apalagi seni budaya masih menyumbang PAD yang sedikit.
Bandeng
Asap, menurut Pak Ali, adalah ciri khas kuliner Sidoarjo. Jika dipadukan dengan
konsep budaya maka akan lebih menarik. Sehingga muncullah kolaborasi antara
industri, seni, dan budaya.
“Harapannya
seni budaya dimasukkan dalam renstra pembangunan Sidoarjo sebagaimana di
beberapa kabupaten lainnya” kata Pak Ali. “Jika diberi kesempatan, ke depan,
acara Festival Gunungan Bandeng Asap akan dibuat lebih besar lagi, bahkan
berskala nasional.”
Acara ditutup dengan doa bersama dan keroyokan tumpeng dan bandeng asap. Masyarakat sekitar yang menonton event ini sangat antusias. Tua-muda menikmati bandeng asap dengan sangat lahap.
Sebuah event yang menarik. Karena mungkin ini baru pertama kali ada festival bandeng dengan format virtual dengan menggabungkan unsur seni dan budaya.
Acara ditayangkan
live di IG Dekesda. Rencananya juga tayang live di Youtube namun gagal karena
ada kendala teknis. Tapi itu tak mengurangi semarak dan publikasi acara, karena
event ini mendapat sorotan dan tayang di berbagai stasiun TV lokal dan
nasional.
Saya menangkap banyak hal dari Festival Virtual Gunungan Bandeng Asap. Bukan hanya dari sisi meriahnya acara, namun juga usaha yang gigih dan keras dalam pelestarian seni budaya. Kerja-kerja kebudayaan seperti ini adalah perjuangan serius yang tidak hanya membutuhkan kreativitas dan kerjasama tim yang baik, tapi juga idealisme dan semangat berkarya yang tak pernah padam.
Sidoarjo,
16 November 2020
Selengkapnya acara Festival Virtual Gunungan Bandeng Asap bisa ditonton di sini.
0 Response to "Semarak Festival Virtual Gunungan Bandeng Asap Sidoarjo"
Posting Komentar